Senin, 06 Mei 2013

Perbedaan antara Konseling dengan Psikoterapi



Konseling dan Psikoterapi
Pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi dalam hal tujuan sama-sama ingin membantu agar klien dapat menemukan permasalahan untuk kemudian dapat dipecahkan bersama-sama, namun semua itu hanya dapat terlaksana dengan baik manakala klien dapat membuka diri dan mau diajak kerjasama. Dan adapun perbedaannya lebih kepada pendekatan dan cara penanganannya, dimana konselor sebagai mitra yang dapat memberikan masukkan dan membantu untuk memunculkan suatu permasalahan yang dirasakan klien, baik masalah yang disadari maupun yang tidak disadari. Sedangkan  psikoterapis selain menggunakan teknik konseling ia juga menggunakan therapy yang sifatnya lebih kepada perubahan pada prilaku yang sangat substanstib.
Selain itu paradigma yang selalu ditekankan adalah adanya rasa kepercayaan yang selalu dilakukan psikoterapis untuk menumbuhkan optimisme pada diri klien.  
Y   Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi  dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih tujuan-tujuannya sendiri, membuat keputusan dan secara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya yang lebih baik.
Y   Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan datang.
Y   Klien tetaplah  klien ia bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun ia adalah seorang patner dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan yang hendak diinginkan.
Y   Konselor tidaklah netral secara moral , melainkan memiliki nilai-nilai perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor kesannya seperti memaksakan kehendaknya, namun pada dasarnya hanya ingin membantu kepada hal yang lebih baik.
Y   Konselor memusatkan pada perubahan perilaku tidak hanya menumbuhkan pengertian semata.
Berangkat dari pemahaman Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa :
1.    Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti : “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short term”.
2.    Sedangkan psikoterapi ditandai oleh : “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and orther severe emotional problems and longterm. Artinya segala sesuatunya lebih mendalam hingga tuntas dan semua itu perlu waktu serta proses.

Sumber : http://arpan.guru-indonesia.net/artikel_detail-18306.html